Posted by : Unknown
1 Feb 2015
Bangun pagi, kemudian dilanjutkan dengan mandi, ibadah, sarapan pagi dan kemudian memakai seragam dan berangkat sekolah. Bel sekolah biasanya pukul setengah 7 pagi hingga setengah 8. Lalu dimulailah proses kegiatan belajar mengajar. Menjelang siang hari, kurang lebih jam 10 pagi, biasanya istirahat selama 30-45 menit, setelah itu proses kegiatan belajar mengajar dimulai lagi hingga siang dan bel pulang sekolah berdering ketika siang hari.
Begitulah aktivitas rutin sekolah di Indonesia, untuk libur sendiri biasanya setelah masa-masa ujian atau libur hari raya. Kami yakin bahwa Anda pernah mengalami masa-masa seperti ini bukan?
Pernahkah Anda berpikir bahwa kebiasaan dan rutinitas seperti itu tidak dialami oleh sekolah di negara lain? Bahkan di tiap negara tentu berbeda aktivitas serta rutinitasnya dalam bersekolah, pengen tau bagaimana detailnya? Dalam artikel ini saya merangkum beberapa rutinitas sekolah di Jepang.
Sekolah Berjalan Kaki
Pernah menyaksikan serial Doraemon? Jika iya, tentu pernah menyaksikan si Nobita bangun kesiangan, dan buru-buru ke sekolah. Tak pernah sekalipun Anda mendapati Nobita ke sekolah naik mobil bukan? Termasuk Suneo, walaupun dia kaya raya, dia ke sekolah dengan berjalan kaki.
Ya, begitulah negara Jepang. Untuk jenjang SD-SMP sekolah ditentukan oleh Pemerintah di sana. Orang tua harus mendaftarkan anaknya bersekolah di Balai Kota, nah Pemerintahnya lah yang menentukan di mana anak tersebut nantinya bersekolah. Jarak antara rumah dan sekolah menjadi salah satu faktor penentu, dan anak wajib berjalan kaki ke sekolah, tidak terlalu jauh, jadi tidak ada tuh macet akibat orang tua mengantarkan anaknya ke sekolah.
Tidak Ada Sekolah Favorit
Dengan diaturnya anak bersekolah di mana, artinya tidak ada sekolah favorit. Semua sekolah rata, tidak ada para orang tua rebutan cari sekolah favorit untuk anaknya.
Tidak Berseragam dan Tidak Ada Upacara Bendera
Di Jepang juga tidak perlu upacara sekolah, tapi soal nasionalisme anak-anak Jepang jangan ditanya. Di SD juga anak-anak tidak perlu memakai seragam sekolah, kecuali pada saat pelajaran olah raga saja. Tetapi hal ini sepertinya tidak berlaku di semua sekolah.
Ingat dengan tas Nobita? tas punggung berbentuk kotak dan berwarna hitam? Kira-kira gambarnya seperti gambar di bawah ini.
Percaya tidak percaya, untuk jenjang SD semua muridnya memiliki tas seperti gambar di bawah ini, Yang membedakan hanyalah warnanya, biru dan hitam untuk laki-laki, serta untuk anak perempuan bisa warna-warni.
Uniknya lagi, tas seperti ini harganya mahal lho, sekitar 3000 yen atau jika dirupiahkan kira-kira 3,5 juta rupiah. Wow! Meski mahal, tas ini bergaransi selama 6 tahun dan hanya sekali pakai, tidak bisa diwariskan ke adiknya nanti. Artinya tas ini akan dipakai selama anak duduk di bangku SD. Unik ya?
Jadi bisa dibayangkan, tidak akan terjadi beli membeli tas setiap tahun pelajaran baru seperti kebiasaan di Indonesia.
Waktu Pembagian Jam Pelajaran
Jam pelajaran SD dimulai pada jam 8 sampai jam 4 sore. Mata pelajarannya hanya Matematika, Bahasa Jepang, Seni, Olah Raga dan Lifeskill. Dari kelas 1 SD sampai kelas 2 SD, pelajaran Matematika hanya berkutat pada penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, ini terus diulang terus menerus hingga paham. Sementara untuk pelajaran Bahasa Jepang, ditargetkan untuk menghafal huruf Kanji. Dan untuk pelajaran IPA, murid langsung terjun ke alam.
Buku Project
Saat liburan musim panas (selama 45 hari), semua murid diwajibkan membaca dan menyelesaikan satu buku project. Project ini kemudian wajib dibuat dan itu dinilai sebagai tugas sekolah
Tidak Boleh Membawa Gadget
Walaupun Jepang termasuk negara yang canggih, namun murid di sekolah dilarang membawa gadget. Bentuk komunikasi dari keluarga ke anak yang berada di sekolah ketika sewaktu-waktu ingin menghubunginya semua lewat satu pintu, yakni sekolah. Ini termasuk salah satu bentuk kesederhanaan negara Jepang selain berjalan kaki ke sekolah tadi.
Nah, itulah berbagai kebiasaan unik sistem pendidikan di Jepang, banyak yang bisa kita ambil dari Negara ini ternyata.
source : http://japanesestation.com